Wahai Muslimah... Malumu mahligai yang tidak perlukan singgasana tetapi ia berkuasa menjaga diri dan nama... Malu adalah mahkota Yusuf yang membuatnya agung dihadapan tipu daya Imraatul' Aziiz Zulaikha... Malu adalah adalah perisai Abu Bakar Al Miski yang memakai Baju Besi lumuran kotoran manusia ketika seorang wanita cantik dan kaya mengajaknya berzina.!! Malu adalah pakaian Rasulullah sampai beliau lebih terjaga oleh rasa itu daripada gadis pingitan... Belajarlah menjadi pemalu dalam masalah kesucian diri.

Thursday, November 24, 2011

***Pakailah Parfum Seperti Harumnya Masyithah***



Sahabat fillah yang dirahmati Allah Subhanallahu wa Ta'ala semoga setiap hembusan nafas yang hadir dalam diri selalu dalam lindungan,kasih sayang serta naungan cahaya hidayah-Nya hingga ruh berlepas dari jasad kelak..... Aamiin.

Inilah kisah perjalanan seorang hamba yang luar biasa mempertaruhkan nyawanya demi harga sebuah Aqidah.

Masyithah.......

Masyithah pelayan putri Fir’aun. Ia ibu yang melahirkan putra-putra berlian. Wanita yang berani mempersembahkan jiwa-raga untuk agama Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Ia seorang bunda yang memiliki sifat kasih sayang dan kelembutan. Mencintai anak-anaknya dengan cinta fitrah ibu yang tulus.

Masyithoh berjuang, bekerja, dan rela letih untuk membahagiakan mereka di dunia dan di akhirat.
Bayangkan, anaknya yang terkecil direnggut dari belaian tangannya. Si sulung diambil paksa. Keduanya dilemparkan ke tengah tungku panas timah membara. Masyithah menyaksikan itu semua dengan mata kepalanya sendiri. Kalbu ibu mana yang tidak bergetar. Hati ibu mana yang tidak hancur bersama luruhnya jasad buah hatinya. Jiwa ibu mana yang tidak tersembelih dan membekaskan rasa sakit dengan luka menganga? Masyithah melihat sendiri si sulung dan si bungsu menjerit kesakitan terpanggang di tungku timah panas membara.

Itulah peristiwa dahsyat yang dihadapi Masyithah, sosok yang menakjubkan dalam cinta kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Ia seorang ibu mukminah yang sangat sabar dan memiliki anak-anak yang shalih lagi baik hati. Cinta yang bersemayam dalam hati mereka adalah gejolak iman yang mampu melahirkan sebuah pengorbanan yang sempurna. Kehidupan dunia tidak mampu mengalihkan mereka dari cita-cita meraih keridhaan Sang Pencipta. Inilah hakikat yang sebenar-benarnya: Iman yang baik akan mampu mengalahkan tarikan dunia dengan segala isinya.

Tuhanku Allah
Tidak diragukan lagi, siapa yang pernah merasakan pahitnya kezhaliman meskipun sesaat, mencicipi sakitnya siksaan meskipun sebentar, pasti akan tahu mengapa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, : "Kezhaliman akan membawa kegelapan di hari kiamat". (Bukhari)

Masyithah telah merasakan beragam kezhaliman dan penyiksaan. Semua ketidaknyamanan itu dihadapinya dengan tegar sampai akhirnya ia bertemu dengan Tuhannya dengan ridha dan diridhai. Masyithah mengajarkan kepada kita tentang sempurna dalam berkorban dan total dalam berderma. Ia telah sukses mendidik anak-anaknya untuk mempersembahkan nyawa mereka untuk Allah Subhanallahu wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. bercerita kepada kita, “Ketika menjalani Isra’ dan Mi’raj, aku mencium bau yang sangat harum.” “Wahai Jibril, bau harum apa ini?” tanya Rasulullah. Jibril menjawab, “Ini bau harum Masyithah –pelayan putri Fir’aun– dan anak-anaknya.” Saya bertanya, “Apa kelebihan Masyithah?”

Jibril menjawab, “Suatu hari Masyithah menyisir rambut putri Fir’aun. Sisirnya jatuh dari tangannya. Ia berkata, ‘Bismillah.’ Putri Fir’aun kaget dan berkata kepadanya, ‘Dengan menyebut nama ayahku.’ Ia menolak. ‘Tidak. Akan tetapi Tuhan saya dan Tuhan ayah kamu adalah Allah.’ Ia menyuruh putri itu untuk menceritakan peristiwa tersebut kepada ayahnya.

Putri itu pun menceritakan kepada Fir’aun. Maka Fir’aun memanggil Masyithah. Fir’aun bertanya, “Wahai Fulanah, apakah engkau punya Tuhan selain aku?” Ia menjawab, “Ya, Tuhan saya dan Tuhan kamu adalah Allah.” Fir’aun marah besar. Ia memerintahkan dibuatkan tungku besar yang diisi timah panas; agar Masyithah dan anak-anaknya dilemparkan ke dalamnya. Masyithah tidak menyerah. Begitu juga anak-anaknya. Masyithoh meminta satu hal kepada Fir’aun, “Saya minta tulangku dan tulang anak-anakku dibungkus menyatu dengan kain kafan.” Fir’aun menuruti permintaannya.


Bismillah
Sungguh, Masyithah wanita terhormat lagi mulia. Ia hidup di istana raja. Ia dekat kekuasaan karena tugasnya merawat anak Fir’aun. Akan tetapi keimanan kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala. telah membuncah di kalbunya. Kadang ia menyembunyikan keimanannya seperti yang dilakukan istri atau keluarga Fir’aun yang muslim lainnya.

Bedanya ketika iman telah memenuhi kalbu, maka lisan akan mengucapkan apa yang terpendam dalam kalbu tanpa beban, tanpa paksaan, dan tanpa rasa takut. Inilah yang dilakukan Masyithah. Ia mengatakan dengan dilandasi fitrah yang suci, ”Bismillah”, tanpa memikirkan resiko yang akan dialaminya. Ia telah mengungkapkan isi kalbunya yang telah disimpannya berhari-hari bahkan bertahun-tahun. Ia memproklamasikannya dengan bangga dan gembira. Bahkan, ketika putri Fir’aun memintanya untuk mengakui ketuhanan ayahnya, ia menolak tegas dengan mengatakan, ”Tuhan saya dan Tuhan ayah kamu adalah Allah.”

Ia tidak takut siksaan. Ia tidak gentar dengan kekuatan Fir’aun yang terkenal bengis dan tidak berperikemanusiaan. Apa pun yang terjadi, ia hadapi dengan tegar.

Ujian Kalbu
Sungguh ujian berat menimpa wanita mulia ini beserta anak-anaknya. Fir’aun menghukum karena mereka beriman kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala. dan rela dengan agama yang mereka anut. Tanpa belas kasih Fir’aun melempar anak-anak Masyithah satu demi satu ke tungku besar berisikan timah panas yang mendidih. Fir’aun melakukanya untuk menakut-nakuti Masyithah.

Fir’aun berharap naluri keibuan Masyithah iba akan nasib anak-anaknya dan itu membuatnya lemah lalu mau kembali mengakui Fir’aun sebagai Tuhan. Akan tetapi Allah Subhanallahu wa Ta’ala. memperlihatkan kepada Fir’aun bahwa yang menggenggam kalbu Masyithah adalah diri-Nya. Apakah Fir’aun mampu menguasai kalbu seseorang yang telah beriman? Mungkin ia bisa membunuh jasadnya, tapi mampukah membunuh ruhnya? Itu mustahil dilakukan Fir’aun.

Apa yang dihadapi Masyithah adalah ujian yang berat bagi kalbu orang yang beriman. Namun, dorongan keimanan yang kuat membuatnya bertahan dan keluar menjadi pemenang. Masyithah dan anak-anaknya membuktikan keimanannya kepada Allah dengan mewakafkan diri hancur disiksa dengan cara yang sangat tidak berperikemanusiaan oleh Fir’aun.

Pelajaran dari Kisah Masyithah
Masyithah telah wafat. Tapi, kisahnya belumlah berakhir. Sampai saat ini, kisahnya masih terngiang di telinga orang-orang yang rindu bertemu dengan Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Karena, Masyithah telah memberi cambuk yang senantiasa memotivasi kita 
untuk meraih kehidupan yang baik dan lebih baik lagi.
Ada sejumlah pelajaran yang bisa kita petik dari kisah Masyithah, di antaranya:

1. Iman adalah senjata yang sangat ampuh. Karena, iman adalah kekuatan yang bersumber dari ma’iyatullah (kebersamaan dengan Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan lindungan-Nya). Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman, ”Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (An-Nahl:128)

2. Sabar dalam menghadapi cobaan dan teguh dalam pendirian, itulah yang dibuktikan oleh Masyithoh dan anak-anaknya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dibanding mukmin yang lemah, dan masing-masing dari keduanya mendapatkan kebaikan.” (Muslim)

3. Selalu ada permusuhan abadi antara hak dan batil, antara kebaikan dan keburukan. Meskipun keburukan banyak dan beragam, namun pasti ujungnya akan lenyap. Karena yang asli adalah kebaikan.

4. Allah Subhanallahu wa Ta’ala. akan meneguhkan orang-orang yang beriman ketika mereka dalam kondisi membutuhkan keteguhan tersebut. Sebab, ujian itu sunnatullah. Pasti akan datang kepada setiap orang yang mengaku beriman.

5. Muslim yang sejati tidak akan tunduk kecuali kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Dan ia senantiasa melaksanakan kewajiban amar ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.

6. Peran dan kontribusi kaum wanita muslimah tidaklah lebih kecil dibanding pria dalam mengibarkan panji kebenaran. Para wanita memiliki peran yang besar dalam dakwah ilallah sejak zaman dahulu. Syahidnya Masithah akibat siksaan Fir’aun adalah bukti puncak pengorbanan yang pernah dilakukan wanita dalam sejarah.

7. Balasan amal yang didapat seseorang adalah sesuai dengan kadar amal perbuatan itu sendiri. Allah Subhanallahu wa Ta’ala. telah menghancurkan Fir’aun dan menghinakannya namanya dalam catatan sejarah yang akan terus dikenang sepanjang kehidupan manusia sebagai manusia terjahat. Sedangkan Masyithah diabadikan namanya dengan harum, dan menjadikan dirinya dan anak-anaknya wangi semerbak di langit tujuh karena perbuatannya yang baik. Jibril mencerita hal ini kepada Rasulullah, dan Rasulullah menyampaikannya kepada kita untuk dijadikan teladan.

8. Allah Subhanallahu wa Ta’ala. tidak akan menyiksa seseorang karena dosa orang lain.

Indah nian kisah perjuangan Masyitah dalam mempertahankan iman dan islammnya sehingga harum namanya sepanjang sejarah umat manusia..... semoga buah indah bisa kita petik dari sejarah hidup orang-orang luar biasa, agar menjadi cermin dalam kehidupan bagi kita ........, 
Barakallahufik.............

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Intanshurullaha yansurkum wayutsabbit aqdamakum,

Salam ukhuwah sahabat fillah semoga Allah kumpulkan kita dalam Jannah-Nya.... Aamiin ^_^

No comments: