Wahai Muslimah... Malumu mahligai yang tidak perlukan singgasana tetapi ia berkuasa menjaga diri dan nama... Malu adalah mahkota Yusuf yang membuatnya agung dihadapan tipu daya Imraatul' Aziiz Zulaikha... Malu adalah adalah perisai Abu Bakar Al Miski yang memakai Baju Besi lumuran kotoran manusia ketika seorang wanita cantik dan kaya mengajaknya berzina.!! Malu adalah pakaian Rasulullah sampai beliau lebih terjaga oleh rasa itu daripada gadis pingitan... Belajarlah menjadi pemalu dalam masalah kesucian diri.

Monday, December 26, 2011

KESHALIHAN IBARAT REZEKI HIDAYAH DARI ALLAH



Keshalihan itu banyak ragamnya. Ia seperti keimanan yang oleh Rasulullah SAW dikatakan mempunyai banyak cabang-cabang, yang tertinggi adalah kalimat Laa illaha illallah, dan yang terendah adalah menyingkirkan onak duri dari jalanan. Keragaman keshalihan itu tentu membuat kita yang ingin menjadi shalih akan kesulitan untuk mengamalkannya. Sebab kita manusia yang memiliki serba keterbatasan.

Semua orang ingin sempurna. Namun sempurna itu melelahkan
Hanya dengan bersyukur, nikmat sempurna akan tercapai

“MAKA NIKMAT TUHANMU YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN…?”
(QS.AR-RAHMAN)

Sepanjang sejarah jarang ditemukan sosok yang dapat merangkum sekian ragam keshalihan itu. Tentunya selain Rasulullah SAW, sosok Abu Bakar ra. yang pada suatu pagi ketika Rasulullah mengajukan beberapa pertanyaan kepada para sahabatnya: Siapa diantara kalian yang telah menjenguk orang sakit pagi ini? Siapa yg telah memberi sedekah? Dan siapa yang telah mengantarkan jenazah orang yang meninggal? Sepagi itu tentu saja belum ada yang melakukannya. Namun secara mengejutkan, Abu Bakar Ash Shiddiq mengacungkan tangannya, dan mengatakan: ”Saya telah melakukannya, wahai Rasulullah.” Demikianlah, hingga Umar ibn Al Khaththab pun mengakui bahwa, ”Sesungguhnya aku tidak akan mungkin menyamai pria yang satu ini..”

Keshalihan itu ibarat rezeki dari Allah. Allah-lah yg mengaruniakan hidayah kepada kita semua untuk mengerjakan sebuah keshalihan, sekecil apapun itu. Maka sebagaimana rezeki, ada orang yang mendapatkan keshalihan berlimpah namun ada yang biasa-biasa saja. Ada orang yang dibukakan pintu rezekinya dari arah perdagangan, namun ada pula yang dibukakan dari pintu lainnya. Tentu jika kita hanya mendapat limpahan rezeki yang tidak seberapa, kita tidak boleh berhenti untuk bekerja keras. Seperti itu pulalah keshalihan, perlu kerja keras untuk menjadi lebih shalih dari hari ke harinya, tidak bisa dipaksakan oleh siapapun, karena hati dan pintu hidayah datangnya dari Allah dan hanya akan terbuka dengan dakwah mengajak dan penuh kelembutan…

MANUSIA TIDAK DAPAT MEMBERIKAN HIDAYAH
Suatu hari ada pemuda datang ke rumah sang ustad, untuk meminta izin menikahi seorang wanita, namun bukan wanita shalih & belum berhijab. pemuda tersebut berjanji kepada ustad bahwa nantinya dia akan membuat wanita itu memakai hijab. Dengan bujukan pemuda, akhirnya ustad mengizinkan pemuda tadi untuk menikah. Setelah pernikahan berlangsung selama 2 tahun, pemuda tersebut datang kembali ke rumah ustad & menyampaikan maksud untuk menceraikan istrinya. mendengar permintaan pemuda, ustad kaget dan tidak percaya. Sang ustad menanyakan alasan kenapa si pemuda minta bercerai dari istri pilihan hatinya. Pemuda tadi menjelaskan bahwa sampai 2 tahun ini dia belum juga mampu membuat istrinya memakai hijab dan menghantarkan hidayah untuk istrinya.

Masya Allah… Dari kisah itu, kita sadari bahwa keimanan, keshalihan dan niat sebaik apapun yang menjadi harapan kita. Jangan menjadikan kita takabur dan melampaui keesaanNYA. Kalaulah Allah belum mengizinkan tidak akan mungkin terjadi. Begitupun syiar islam, kita hanya bisa berusaha sebaik-baiknya, sedangkan hasil itu urusan Allah. Allah tidak menilai segala sesuatu dari HASIL-nya tapi lebih kepada PROSES dan CARA.


KISAH RASUL DAN PAMANNYA.
Rasul memohon kepada Allah untuk membukakan pintu hati pamannya untuk memeluk Islam. Apalagi ketika paman Rasul sedang sekarat, Rasul meminta pamannya mengucap kalimat syahadat sekedar mengakui bahwasanya Allah adalah Tuhan sejati kita. Abu Thalib masih berkeras dengan keyakinannya yang lama. Dia berdiri disamping Muhammad dan membelanya karena ia begitu menyayangi keponakannya itu. Sampai ajal menjemput Abu Thalib masih dalam keadaan kafir. Allah tidak memberikan Hidayah-Nya kepada Abu Thalib. Sehingga Allah memberitahukan Muhammad untuk menghibur hatinya yang sedih bahwa sang paman akan mendapatkan siksaan yang paling ringan di neraka. Meski ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwasanya Abu Thalib masuk ke barisan mukmin karena kegigihannya membela dan mencintai Rasul, tetapi semua itu hanya Allah yang tahu.

SEPUCUK SURAT DARI IMAM MALIK
Terilhami dari sepucuk surat yang pernah dikirimkan Imam Malik kepada seorang sahabatnya Abdullah Al ‘Umary. Abdullah Al ‘Umary adalah seorang ahli ibadah yang bermukim di Mekkah. Ia tidak mempunyai aktivitas lain selain mengerjakan ibadah seraya beruzlah saja. Dia mungkin berpikir bahwa itulah ibadah yg paling disukai Allah Ta’ala,

Maka ia pun menulis surat yang ditujukan kepada Imam Malik ibn Anas di Madinah. Isinya adalah ajakan kepada Imam Malik agar meninggalkan Madinah dan mengikuti jejaknya beruzlah di Mekkah agar lebih berkonsentrasi menjalankan ibadah. Ia meminta sang Imam untuk tidak lagi mengajar dan menyampaikan ilmu yang ia miliki.

Dan ketika Imam Malik menerima surat itu, segera saja beliau menyiapkan balasannya. Dan surat balasan itu berbunyi : “… Sesungguhnya Allah telah membagi amalan (keshalihan) itu sebagaimana Allah telah membagi rezeki. Terkadang ada orang yang dibukakan jalannya untuk lebih banyak mengerjakan shalat namun tidak dibukakan untuknya jalan untuk lebih banyak berpuasa.

Ada pula yang lain yang mungkin dimudahkan untuk banyak bersedekah, namun tidak dibukakan jalan untuk banyak berpuasa. Mungkin ada juga yang lain, yang dimudahkan untuk berjihad (namun tidak dibukakan untuk yang lainnya).

Adapun menyebarkan ilmu itu adalah salah satu amal keshalihan. Dan saya sudah merasa ridha terhadap jalan yang dibukakan (Allah) untukku ini. Dan saya yakin bahwa apa yang saat ini aku kerjakan tidak lebih buruk dari apa yang tengah engkau kerjakan. Namun, saya tentu berharap kita berdua berada dalam kebaikan dan keshalihan…”.

Setiap kita diberikan pintu rezeki dari arah yang berlainan, begitupun dalam hal berdakwah. Namun bisakah kita memaksakan apa yang menjadi keyakinan kita kepada orang lain…??? Serukan kebenaran kepada siapa saja, karena kita tak akan pernah tahu kapan hidayah itu akan menghampiri hambaNYA.

Yang terpenting kita sampaikan amanah dari Rasulullah:
“SAMPAIKAN DARIKU WALAU SATU AYAT”

Allah mengaruniakan manusia dengan berbagai Kecerdasan Berpikir (read:Multiple Intelligence) yang memiliki keunikan tersendiri. Sama halnya dengan kecerdasan tersebut, kita juga memiliki karakter unik yang tidak dapat disamakan antara satu dengan yang lainnya. Namun hargailah setiap perbedaan unik dari karakter itu dan saling memahami dalam kebaikan karena Allah.

Hati akan berpendar cahaya hanya bila iman pun menebar cahaya di setiap relung-relungnya.
Walaupun ada kalanya iman itu lemah,
 Maka sumber kekuatan hati kita berkitar dipusaran iman yang kita punya hingga bisa mencerahkannya kembali…

Nasehat dari seorang sahabat :
Dibalik pemberian Allah, kuminta pada Allah setangkai bunga segar, Allah beri aku kaktus berduri…
Aku minta pada Allah binatang mungil nan cantik, Allah beri aku ulat berbulu…
Aku sempat sedih, protes, dan kecewa.. Betapa tidak adilnya ini…
Namun kemudian, kaktus itu berbunga, sangat indah sekali…
Dan ulat itupun tumbuh & berubah mjadi kupu-kupu yang cantik…
Itulah jalan Allah … Indah pada waktunya…!!
Terkadang Allah tidak memberikan apa yang kita harapkan, tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan.

Tetap istiqomah:
Kepada Jiwa-jiwa Qurani: “Qum Fa Anzir!”
Kehadiran kalian telah dinantikan, tetesan penyejuk iman jangan disiakan.
Sabda Rasulullah: ‘Sampaikan dariku walau 1 ayat’…
“Wa rabbaka fakabbir!”
 Hanya Allahlah seruan kebenaran itu ditegakkan mulai nabi Adam As hingga Rasulullah Saw,
ikuti risalah yang kekal adanya “Qul hu Allahu Ahad”…
Bagimu penerus risalah pekerjaan muliamu balasan dari Allah berupa surga telah menanti.
Doa dan ukhuwah setitik asa berharap semoga Allah selalu menjaga, mengampuni & mberkahi setiap langkahmu dijalan ini
Kelak di Yaumil Akhir, kala Allah bertanya kepada kita: ”Sudahkah kebenaran itu disampaikan kepada manusia?”
Kita dapat menjawab: kita sudah melakukannya semampu kita, sehingga kita selamat dari azabNya yang pedih…

Banyak cara dan metode dakwah para da’i yang terkadang tidak sama satu dengan yang lainnya, namun tetaplah berpegang teguh pada tali agama Allah dan tidak tercerai-berai karena pada dasarnya kita adalah MUSLIM (memiliki Tuhan yang sama: ALLAH SWT, Rasul yang sama: MUHAMMAD SAW, pedoman yang sama: QURAN & HADITS, dan tujuan yang sama mencari bekal untuk mencapai SURGA AKHIRAT-NYA).


KUTIPAN DARI IMAM HASAN AL BANNA
"Sesungguhnya kita ini kuat dengan bantuan Allah, dan tidak akan pernah lemah selamanya karena pertolongan Allah. Kita ini mulia karena Allah & tidak akan hina selamanya karena Allah. Kaya karena Allah & tidak akan fakir selamanya kerena Allah. Kami ingin mengajarkan umat dengan sikap yang baru yang sesuai dengan nilai-nilai islam. Kami ingin membina umat dengan akhlak Islam & menuntun mereka dengan pola hidup Islam. Agar umat bisa berjalan dibelakang pemimpinnya yang paling agung. Pemimpin yang paling mulia, Muhammad SAW...." dan jika ada perselisihan antara umat Islam serahkan semua urusannya kepada Allah SWT:


"Allahlah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali." (QS.Asy-Syura:15)

Hidayah adalah sebuah petunjuk yang Allah berikan kepada manusia. Sebuah petunjuk yang Allah sebar dimana-mana. Apakah setiap orang akan mendapatkan hidayah? Hanya Allah-lah yang tahu jawabannya. Allah menjelaskan dalam Al Quran bahwa siapa saja yang mendapatkan hidayah-Nya akan Allah lapangkan hatinya dan merasa mudah dalam melakukan ibadah. Dimana hati selalu dipenuhi akan kerinduan kepada-Nya. Nama-Nya selalu hadir didalam diri kita. Bahkan hati akan bergetar ketika disebut asma Allah.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal. Orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian rezeki dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh derajat ketinggian disisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia.” (Qs.Al Anfal: 2-4)

Semoga ketika kita merasakan rindu kepada Allah hadir dalam diri. Kita pun menyadari bahwasanya rindu itu adalah hidayah. Keshalihan ibarat rezeki hidayah dari Allah, maka berusahalah  mencarinya, mendapatkannya, meraihnya dan lakukan amal shalih itu dengan istiqomah. 
Selamat berjuang kawan…!!!

Wallahu’alam bishowab

Sumber:
1.    Quran dan hadits
2.    Inspirasi ilham dari Allah yang terangkum dalam Pustaka Cerita FY 2009
3.  Sebagian besar artikel ini dikutip dari buku RINDU YANG BERUJUNG SURGA, karya “Abul Miqdad Al-Madany” terbitan MIRQAT.
4.  Kutipan Imam Hasan Al Banna: Tsawabit dalam manhaj gerakan Ikhwan, karya jum'ah Amin Abdul Aziz, terbitan Asy Syaamil.
5.  Cerita para da’i dari kajian yang pernah saya dihadiri, share pengalaman dari sahabat-sahabat

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”.
“Kalaulah orang menganggap sesuatu yang kita lakukan itu kecil, pastilah yang kecil itu akan menjadi besar kalau ada kesungguhan didalamnya”.


By: FY
~ Semoga Bermanfaat ~

1 comment:

Muslimah said...

Thanks a lot aisha. Do you know Indonesian?
Insha Allah, I try hard to reach it.
May ALLAH blesses us, today ever after. Amin