Keshalihan itu banyak ragamnya. Ia
seperti keimanan yang oleh Rasulullah SAW dikatakan mempunyai banyak
cabang-cabang, yang tertinggi adalah kalimat Laa illaha illallah, dan yang
terendah adalah menyingkirkan onak duri dari jalanan. Keragaman keshalihan itu
tentu membuat kita yang ingin menjadi
shalih akan kesulitan untuk mengamalkannya. Sebab kita manusia yang memiliki
serba keterbatasan.
Semua orang
ingin sempurna. Namun
sempurna itu melelahkan
Hanya
dengan bersyukur, nikmat sempurna akan tercapai
“MAKA NIKMAT
TUHANMU YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN…?”
(QS.AR-RAHMAN)
Sepanjang
sejarah jarang ditemukan sosok yang dapat merangkum sekian ragam keshalihan
itu. Tentunya selain Rasulullah SAW, sosok Abu Bakar ra. yang pada suatu pagi
ketika Rasulullah mengajukan beberapa pertanyaan kepada para sahabatnya: Siapa
diantara kalian yang telah menjenguk orang sakit pagi ini? Siapa yg telah
memberi sedekah? Dan siapa yang telah mengantarkan jenazah orang yang
meninggal? Sepagi itu tentu saja belum ada yang melakukannya. Namun secara
mengejutkan, Abu Bakar Ash Shiddiq mengacungkan tangannya, dan mengatakan: ”Saya
telah melakukannya, wahai Rasulullah.” Demikianlah, hingga Umar ibn Al
Khaththab pun mengakui bahwa, ”Sesungguhnya aku tidak akan mungkin menyamai
pria yang satu ini..”
Keshalihan
itu ibarat rezeki dari Allah. Allah-lah yg mengaruniakan hidayah kepada kita
semua untuk mengerjakan sebuah keshalihan, sekecil apapun itu. Maka sebagaimana
rezeki, ada orang yang mendapatkan keshalihan berlimpah namun ada yang
biasa-biasa saja. Ada orang yang dibukakan pintu rezekinya dari arah
perdagangan, namun ada pula yang dibukakan dari pintu lainnya. Tentu jika kita
hanya mendapat limpahan rezeki yang tidak seberapa, kita tidak boleh berhenti
untuk bekerja keras. Seperti itu pulalah keshalihan, perlu kerja keras untuk
menjadi lebih shalih dari hari ke harinya, tidak bisa dipaksakan oleh siapapun,
karena hati dan pintu hidayah datangnya dari Allah dan hanya akan terbuka dengan
dakwah mengajak dan penuh kelembutan…
MANUSIA TIDAK DAPAT MEMBERIKAN
HIDAYAH
Suatu hari
ada pemuda datang ke rumah sang ustad,
untuk meminta izin menikahi seorang
wanita, namun bukan wanita shalih & belum berhijab. pemuda tersebut berjanji
kepada ustad bahwa nantinya dia akan membuat wanita itu memakai hijab. Dengan bujukan pemuda,
akhirnya ustad mengizinkan pemuda tadi untuk menikah. Setelah pernikahan berlangsung selama 2 tahun, pemuda tersebut
datang kembali ke rumah ustad & menyampaikan maksud untuk menceraikan istrinya. mendengar permintaan pemuda,
ustad kaget dan tidak percaya. Sang ustad menanyakan alasan kenapa si pemuda
minta bercerai dari istri pilihan hatinya. Pemuda tadi menjelaskan bahwa sampai 2 tahun ini dia belum
juga mampu membuat istrinya memakai hijab dan menghantarkan hidayah untuk
istrinya.
Masya Allah… Dari kisah itu, kita sadari bahwa keimanan, keshalihan dan niat sebaik apapun yang menjadi harapan kita. Jangan menjadikan kita takabur dan melampaui
keesaanNYA. Kalaulah Allah belum mengizinkan
tidak akan mungkin terjadi. Begitupun syiar islam, kita hanya bisa
berusaha sebaik-baiknya, sedangkan hasil itu urusan Allah. Allah tidak menilai segala
sesuatu dari HASIL-nya tapi lebih kepada PROSES dan CARA.
KISAH RASUL
DAN PAMANNYA.
Rasul
memohon kepada Allah untuk membukakan pintu hati pamannya untuk memeluk Islam.
Apalagi ketika paman Rasul sedang sekarat, Rasul meminta pamannya mengucap
kalimat syahadat sekedar mengakui bahwasanya Allah adalah Tuhan sejati kita.
Abu Thalib masih berkeras dengan keyakinannya yang lama. Dia berdiri disamping
Muhammad dan membelanya karena ia begitu menyayangi keponakannya itu. Sampai
ajal menjemput Abu Thalib masih dalam keadaan kafir. Allah tidak memberikan
Hidayah-Nya kepada Abu Thalib. Sehingga Allah memberitahukan Muhammad untuk
menghibur hatinya yang sedih bahwa sang paman akan mendapatkan siksaan yang
paling ringan di neraka. Meski ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwasanya
Abu Thalib masuk ke barisan mukmin karena kegigihannya membela dan mencintai Rasul,
tetapi semua itu hanya Allah yang tahu.
SEPUCUK
SURAT DARI IMAM MALIK
Terilhami dari sepucuk surat yang
pernah dikirimkan Imam Malik kepada seorang sahabatnya Abdullah Al ‘Umary.
Abdullah Al ‘Umary adalah seorang ahli ibadah yang bermukim di Mekkah. Ia tidak
mempunyai aktivitas lain selain mengerjakan ibadah seraya beruzlah saja. Dia
mungkin berpikir bahwa itulah ibadah yg paling disukai Allah Ta’ala,
Maka ia pun menulis surat yang
ditujukan kepada Imam Malik ibn Anas di Madinah. Isinya adalah ajakan kepada
Imam Malik agar meninggalkan Madinah dan mengikuti jejaknya beruzlah di Mekkah
agar lebih berkonsentrasi menjalankan ibadah. Ia meminta sang Imam untuk tidak
lagi mengajar dan menyampaikan ilmu yang ia miliki.
Dan ketika Imam Malik menerima surat
itu, segera saja beliau menyiapkan balasannya. Dan surat balasan itu berbunyi :
“… Sesungguhnya Allah telah membagi amalan (keshalihan) itu sebagaimana Allah
telah membagi rezeki. Terkadang ada orang yang dibukakan jalannya untuk lebih
banyak mengerjakan shalat namun tidak dibukakan untuknya jalan untuk lebih
banyak berpuasa.
Ada pula yang lain yang mungkin
dimudahkan untuk banyak bersedekah, namun tidak dibukakan jalan untuk banyak
berpuasa. Mungkin ada juga yang lain, yang dimudahkan untuk berjihad (namun tidak
dibukakan untuk yang lainnya).
Adapun menyebarkan ilmu itu adalah
salah satu amal keshalihan. Dan saya sudah merasa ridha terhadap jalan yang
dibukakan (Allah) untukku ini. Dan saya yakin bahwa apa yang saat ini aku
kerjakan tidak lebih buruk dari apa yang tengah engkau kerjakan. Namun, saya
tentu berharap kita berdua berada dalam kebaikan dan keshalihan…”.
Setiap
kita diberikan pintu rezeki dari arah yang berlainan, begitupun dalam hal
berdakwah. Namun bisakah kita memaksakan apa yang menjadi keyakinan kita kepada
orang lain…??? Serukan kebenaran kepada siapa saja, karena kita tak akan pernah
tahu kapan hidayah itu akan menghampiri hambaNYA.
Yang
terpenting kita sampaikan amanah dari Rasulullah:
“SAMPAIKAN DARIKU
WALAU SATU AYAT”
Allah mengaruniakan manusia dengan
berbagai Kecerdasan Berpikir (read:Multiple Intelligence) yang memiliki keunikan
tersendiri. Sama halnya dengan kecerdasan tersebut, kita juga memiliki karakter
unik yang tidak dapat disamakan antara satu dengan yang lainnya. Namun hargailah
setiap perbedaan unik dari karakter itu dan saling memahami dalam kebaikan
karena Allah.
Hati akan berpendar cahaya hanya
bila iman pun menebar cahaya di setiap relung-relungnya.
Walaupun ada kalanya iman itu lemah,
Maka sumber kekuatan hati kita berkitar
dipusaran iman yang kita punya hingga bisa mencerahkannya kembali…
Nasehat
dari seorang sahabat :
Dibalik pemberian Allah, kuminta pada
Allah setangkai bunga segar, Allah beri aku kaktus berduri…
Aku minta pada Allah binatang mungil
nan cantik, Allah beri aku ulat berbulu…
Aku sempat sedih, protes, dan
kecewa.. Betapa tidak adilnya ini…
Namun kemudian, kaktus itu berbunga,
sangat indah sekali…
Dan ulat itupun tumbuh & berubah
mjadi kupu-kupu yang cantik…
Itulah jalan Allah … Indah pada
waktunya…!!
Terkadang Allah tidak memberikan apa
yang kita harapkan, tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan.
Tetap
istiqomah:
Kepada Jiwa-jiwa Qurani: “Qum Fa
Anzir!”
Kehadiran kalian telah dinantikan, tetesan
penyejuk iman jangan disiakan.
Sabda Rasulullah: ‘Sampaikan dariku
walau 1 ayat’…
“Wa rabbaka fakabbir!”
Hanya Allahlah seruan kebenaran itu ditegakkan
mulai nabi Adam As hingga Rasulullah Saw,
ikuti risalah yang kekal adanya “Qul
hu Allahu Ahad”…
Bagimu penerus risalah pekerjaan
muliamu balasan dari Allah berupa surga telah menanti.
Doa dan ukhuwah setitik asa berharap semoga
Allah selalu menjaga, mengampuni & mberkahi setiap langkahmu dijalan ini
Kelak di Yaumil Akhir, kala Allah bertanya
kepada kita: ”Sudahkah kebenaran itu disampaikan kepada manusia?”
Kita dapat menjawab: kita sudah
melakukannya semampu kita, sehingga kita selamat dari azabNya yang pedih…
Banyak cara dan metode dakwah para
da’i yang terkadang tidak sama satu dengan yang lainnya, namun tetaplah
berpegang teguh pada tali agama Allah dan tidak tercerai-berai karena pada
dasarnya kita adalah MUSLIM (memiliki Tuhan yang sama: ALLAH SWT, Rasul yang sama: MUHAMMAD SAW, pedoman yang sama: QURAN & HADITS, dan tujuan yang
sama mencari bekal untuk mencapai SURGA
AKHIRAT-NYA).
KUTIPAN DARI IMAM HASAN AL BANNA
"Sesungguhnya kita ini kuat dengan bantuan Allah, dan tidak akan pernah lemah selamanya karena pertolongan Allah. Kita ini mulia karena Allah & tidak akan hina selamanya karena Allah. Kaya karena Allah & tidak akan fakir selamanya kerena Allah. Kami ingin mengajarkan umat dengan sikap yang baru yang sesuai dengan nilai-nilai islam. Kami ingin membina umat dengan akhlak Islam & menuntun mereka dengan pola hidup Islam. Agar umat bisa berjalan dibelakang pemimpinnya yang paling agung. Pemimpin yang paling mulia, Muhammad SAW...." dan jika ada perselisihan antara umat Islam serahkan semua urusannya kepada Allah SWT:
"Allahlah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali." (QS.Asy-Syura:15)
"Sesungguhnya kita ini kuat dengan bantuan Allah, dan tidak akan pernah lemah selamanya karena pertolongan Allah. Kita ini mulia karena Allah & tidak akan hina selamanya karena Allah. Kaya karena Allah & tidak akan fakir selamanya kerena Allah. Kami ingin mengajarkan umat dengan sikap yang baru yang sesuai dengan nilai-nilai islam. Kami ingin membina umat dengan akhlak Islam & menuntun mereka dengan pola hidup Islam. Agar umat bisa berjalan dibelakang pemimpinnya yang paling agung. Pemimpin yang paling mulia, Muhammad SAW...." dan jika ada perselisihan antara umat Islam serahkan semua urusannya kepada Allah SWT:
"Allahlah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali." (QS.Asy-Syura:15)
Hidayah adalah
sebuah petunjuk yang Allah berikan kepada manusia. Sebuah petunjuk yang Allah
sebar dimana-mana. Apakah setiap orang akan mendapatkan hidayah? Hanya
Allah-lah yang tahu jawabannya. Allah menjelaskan dalam Al Quran bahwa siapa
saja yang mendapatkan hidayah-Nya akan Allah lapangkan hatinya dan merasa mudah
dalam melakukan ibadah. Dimana hati selalu dipenuhi akan kerinduan kepada-Nya.
Nama-Nya selalu hadir didalam diri kita. Bahkan hati akan bergetar ketika
disebut asma Allah.
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka, dan
hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal. Orang-orang yang mendirikan shalat dan
yang menafkahkan sebagian rezeki dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh
derajat ketinggian disisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia.” (Qs.Al Anfal: 2-4)
Semoga ketika
kita merasakan rindu kepada Allah hadir dalam diri. Kita pun menyadari
bahwasanya rindu itu adalah hidayah. Keshalihan ibarat rezeki hidayah dari Allah, maka berusahalah mencarinya, mendapatkannya, meraihnya dan lakukan amal shalih itu dengan istiqomah.
Selamat berjuang kawan…!!!
Selamat berjuang kawan…!!!
Wallahu’alam
bishowab
Sumber:
1. Quran dan hadits
2. Inspirasi ilham dari Allah yang terangkum dalam Pustaka
Cerita FY 2009
3. Sebagian besar artikel ini dikutip dari buku RINDU YANG BERUJUNG SURGA, karya “Abul
Miqdad Al-Madany” terbitan MIRQAT.
4. Kutipan Imam Hasan Al Banna: Tsawabit dalam manhaj gerakan Ikhwan, karya jum'ah Amin Abdul Aziz, terbitan Asy Syaamil.
5. Cerita para da’i dari kajian yang pernah saya dihadiri, share pengalaman dari
sahabat-sahabat
“Sebaik-baik kalian adalah yang
paling bermanfaat bagi orang lain”.
“Kalaulah orang menganggap sesuatu yang
kita lakukan itu kecil, pastilah yang kecil itu akan menjadi besar kalau ada
kesungguhan didalamnya”.
By: FY
~ Semoga
Bermanfaat ~
1 comment:
Thanks a lot aisha. Do you know Indonesian?
Insha Allah, I try hard to reach it.
May ALLAH blesses us, today ever after. Amin
Post a Comment