Wahai Muslimah... Malumu mahligai yang tidak perlukan singgasana tetapi ia berkuasa menjaga diri dan nama... Malu adalah mahkota Yusuf yang membuatnya agung dihadapan tipu daya Imraatul' Aziiz Zulaikha... Malu adalah adalah perisai Abu Bakar Al Miski yang memakai Baju Besi lumuran kotoran manusia ketika seorang wanita cantik dan kaya mengajaknya berzina.!! Malu adalah pakaian Rasulullah sampai beliau lebih terjaga oleh rasa itu daripada gadis pingitan... Belajarlah menjadi pemalu dalam masalah kesucian diri.

Saturday, December 24, 2011

Mujahid kecil itu menepuk pundakku seraya berkata : “DEMI MASA, SESUNGGUHNYA MANUSIA KERUGIAN,…”

Ijinkanku bercerita tentang mujahid kecil itu. Kulihat ghiroh “tholabul ‘ilmi” dalam dirinya yang masih sangat belia sejak Ramadhan lalu, saat kuajak Ia sholat tarawih di sebuah masjid Jami’ tidak jauh dari rumahnya. Tak ada kata keluhan “capek”, “ngantuk”, atau “malas”. Ia hanya terus mencoba belajar menjalankan dengan rasa keingintahuan. Kata tanya favorit yang ku suka darinya : “Sholat sunnah dulu ya..?”. Rasa ingin tahu dalam dirinya memberiku semangat untuk terus membimbing. Terlihat senyum gembiranya menggemari belajar sholat 5 waktu. Cerita demi cerita kurangkumkan dalam bahasa yang bisa dimengerti. Agar maksudku tersampaikan betapa penting dan istimewa sholat sebagai satu-satunya wahyu yang langsung Allah turunkan tanpa perantara malaikat kepada Nabi Muhammad junjungan kita. 

Di kesempatan lain… 
Jelang waktu isya tiba, ku ajak Ia bersegera sholat. Tersentak kaget dan ia baru teringat : 
“Oh iya, aku lupa belum sholat maghrib”, hanya bisa tersenyum memandang ekspresi wajahnya. 

Namanya juga anak-anak, yah begitulah… 

Bergegas dengan semangat Ia mensucikan diri, berwudhu. Pancaran rasa bersalah terlihat ketika kubilang padanya : "Sholat isya dulu ya baru maghrib...". Spontan ia menolak ingin maghrib dulu, ku tunggu sampai ia selesai sholat dan kami sholat isya berjama’ah. 

Lagi-lagi dia membuatku merenung… Selesai Isya dia request “Sunnah 2 rakaat ya…”. Acungan jempol ku berikan sebagai tanda setuju saat dzikir masih ku lantunkan dalam bisik hening. Segera ku ikuti dirinya dengan ba’diyah tepat disamping ia berdiri sholat. 

Samar kulihat ia selesaikan sholat dan langsung keluar pintu kamar (arah kiblat di kamar itu sedikit mengarah ke posisi pintu keluar). Tidak lama kemudian ia berbalik lagi ke kamar dan berdiri disampingku dengan gerakannya seperti gerakan sholat. 

Selesai ba’diyah, kutanyakan: “Kenapa kok balik lagi?”. Ternyata ia lupa belum salam waktu sholat sunnah tadi. Pecah tawaku mendengar pengakuan polosnya. Semangat membuat ia lupa salam, hahaha… ^_^ 

Tak berakhir sampai disitu pelajaran dari mujahid kecil itu. Selesai sudah ia merapihkan sajadah dan sarung. Akupun kembali ke ruang tamu yang bersebelahan dengan kamar tempat kami sholat. Tidak berapa lama, ia kembali ke kamar lagi sambil membawa sajadah dan sarung. Dengan penuh keheranan ku sapa ia: “Mau ngapain nak, kok dibawa-bawa lagi sajadah dan sarungnya?”. Bagai panah melesat ke dasar hatiku, ia menjawab : “aku mau ulangi sholat sunnahnya yang tadi”. (mungkin menurutnya, sunnah tadi belum sempurna karena lupa salam. Perbaikan sholat sunnah yang pertama baru gerakan salamnya saja). 

Subhanallah… Bak gletser salju berlapis dan terpecah dalam satu waktu, menyejukkan jiwaku dan melembutkan kerasnya hati yang dilanda futur kala itu. Lucu campur haru, rasa bersalah dalam dirinya dari ia lupa sholat maghrib diperbaiki dengan jamak, lalu lupa belum salam saat sunnah rawatib diperbaiki juga dengan mengulang sholat sunnahnya. Betapa banyak pelajaran yang ku dapat darinya akan arti bersegera dalam PERBAIKAN DIRI. 

Ketika Futur itu singgah, ada saja pancaran kasih sayang-Nya yang meyapaku. 

Kali ini dengan cara si Mujahid kecil itu menepuk pundakku seraya berkata: 
“DEMI MASA, SESUNGGUHNYA MANUSIA KERUGIAN,…”. 

By: FY

No comments: